365 days

Unknown 3 08.49

Selasa, 24 Februari 2015. 
Hari ini tepat setahun..
Tepat 365 hari..

Bagaimana mungkin saya bisa lupa ?
Mustahil.
Bahkan sekarang, masih sangat jelas terputar dingatan bak ftv yang baru saja saya tonton.
Tapi, sayangnya ini bukan ftv, bukan cerita fiktif belaka.
Ini kenyataan dan lagi-lagi memang lebih menyakitkan.

Saya bisa apa? kecuali menangis sesenggukan dibalik tirai malam? Melamun hingga kebingungan tentang apa yang sebenarnya terjadi? Bahkan sempat menganggap semua itu hanya mimpi? Demi untuk bertahan dan nampak baik-baik saja.Demi tidak menyakiti siapapun dengan keadaan seperti ini. Ya, saya sempat menjadi sesedih, seputus-asa dan selemah itu.
Sekali lagi, sayangnya ini bukan ftv.
Ini kenyataan dan kehilangan benar-benar memeluk tanpa membiarkan saya mengambil nafas..

24 Februari 2014

Dia benar-benar pergi? Tapi beberapa hari yang lalu dia baru saja berpesan agar saya belajar lebih giat, dia sempat mengirimkan pesan singkat tentang saran kampus mana saja yang menurutnya baik untuk saya pilih melanjutkan pendidikan setelah  lulus bangku SMA. Tidak, bukankah ini terlalu tiba-tiba? Saya bahkan baru saja merasakan benar-benar sedekat ini dengannya. Beberapa hari yang lalu, saya bahkan masih sempat saling ejek dan beradu mulut. Beberapa hari yang lalu saya bahkan melihatnya sedang duduk di salah satu kursi cafe kita.
Saya sempat begitu keras menyubit diri sendiri. Sakit. Tapi, rasanya ada yang jauh lebih sakit, membuat saya ingin berteriak kesakitan. Sekeras mungkin saya menganggap ini mimpi, maka sekeras itupula saya sakit. 

Hari itu, semua orang benar-benar menangis memanggil namanya. Sementara saya masih terduduk di lantai, mencoba mengambil nafas yang saya tahu itu sia-sia. Sepersekian menit saya tak kunjung bisa menangis, hingga akhirnya tangis tumpah ketika mobil ambulans tiba di depan rumah dan tubuhnya dibaringkan tepat di hadapan kami semua. Tidak salah lagi, itu dia. Itu wajahnya. Dia tertidur begitu tenang. Ada beberapa memar disekujur tubuhnya yang entah mengapa juga menambah sakit kami semua.

Ya Allah..
Mengapa dia begitu dingin..
Mengapa dia tertidur bahkan ketika orang-orang memanggil namanya..
Mengapa dia tak kunjung bangun bahkan ketika Mama memeluknya..
Mengapa dia tak kunjung tertawa ketika aku menangis seperti orang tak waras..
Mengapa dia tak segera membuka matanya..
Saya hanya ingin dia sekedar membuka matanya dan bilang "Dasar Cengeng!" atau tak apa jika dia bangun lantas smengejek dan menggoda saya seperti saat kami bertengkar.
Sungguh! Demi apapun, saya ingin dia seperti itu. Sekarang!

Saya hanya memandanginya, memanggil namanya walau tak kunjung bisa bersuara, memegangi tangan dinginnya. Lalu, mengusap wajahnya. Saya bahkan mencoba mengajaknya bicara. 
"Hei, coba lihat wajahmu sekarang. Sangat jelek!"
"Kaka Bagus.. Ayo bangun!"
"Kaka Bagus.. mana yang sakit? Yang ini? atau yang ini?"
"Kaka Bagus, Kakakku.. Kakakku.." 

Saya masih mencerna apa yang sebenarnya terjadi.
Terkadang semuanya terlihat biasa saja, tidak ada yang perlu saya kuatirkan. Tapi sepersekian detik, saya kembali merasa ditampar dan tiba-tiba mendapati diri menangis sesenggukan. 
Apa kehilangan memang selalu sekejam ini?
Mereka bilang tragedi kecelakaan mobil, dia dan seorang temannya yang saat itu mengemudikan mobil juga tewas ditempat. Mereka bilang seperti itu. Saya menolak untuk mendengar lebih jauh lagi.
Saya tak bisa berhenti membayangkan bagaimana dia harus melewati itu semua. Kak.. tolong katakan kau baik-baik saja dan sialnya, dia masih saja diam tak bergeming.
Dalam hati, saya terus bergumam seperti itu, sementara saya merasakan pelukan Dede semakin erat. Dede merasakan pukulan hebat, sama seperti kami semua. Bahkan terlalu dini untuk seusianya.

Kaka Bagus..
Hei, tolong jangan seperti ini..
saya janji tidak akan jadi adik yang menjengkelkan lagi..
saya janji untuk selalu menuruti perintahmu 
saya janji untuk tidak membangkang
saya janji untuk tidak cengeng..
asalkan, tolong bangun..
jangan biarkan kami terluka seperti ini..

Pertanyaan singkat dari Dede, "Kaka Putri, Kaka Bagus kenapa?" membuat sakit ini semakin gila.
Dede menanyakan itu sambil menangis, saya yakin dia sudah tahu jawabannya. Hanya saja, seperti kami semua, dia juga ingin menolak kenyataan.
Selaku kakak saya bisa apa selain memeluknya? Bahkan, tangis saya jauh lebih hebat dari Dede. 
saya tidak pernah menyuruh Dede berhenti menangis, karena saya tahu satu-satunya yang meringankan sakit itu adalah tangis.

Orang-orang masih terus berdatangan, kami sekeluarga tidak ada yang tertidur sedetikpun. 
Begitupun air mata kami, sedetikpun tak mengering. 
Setiap kali penutup wajahnya dibuka, setiap itu pula saya merasa ditampar. 
Bahkan menuliskan hal ini sekarang, butuh waktu setahun untuk menyimpannya dalam draft.

Saya sempat begitu benci dengan orang-orang yang dengan mudah menyuruh saya berhenti menangis..
saya sempat marah pada Mama dan Bapak yang menyuruh saya ikhlas padahal Beliau tidak..
saya sempat merasa tidak adil pada Tuhan hanya karena memanggil Kaka Bagus begitu cepat..
saya sempat menganggap semua ini omong kosong..
Ya, saya memang sempat se-tidak waras itu..

Smsnya masih ada di Inbox Hp,berisikan nasihat.
Saya tidak begitu paham kenapa dia tiba-tiba menjadi sebijaksana itu..
Hei, setidaknya dia harus mengucapkan selamat tinggal, bukan?
saya tahu, saya bukanlah satu-satunya yang merasa kehilangan..
saya tahu yang paling hancur disini adalah Mama..
semenjak hari itu, mama masih mengitung hari. 
Beliau yang membesarkannya dan sangat merindukannya..

orang kedua yang paling terluka,mungkin Bapak.
walaupun untuk pertama kalinya melihat Bapak menangis cuman hari itu.. 
itupun cuma sekali..
setelahnya, hingga setahun ini saya tidak pernah melihat Bapak menangis lagi. Entah jika ternyata, Beliau menangis diam-diam hanya karena tidak ingin menambah kesedihan di keluarga sederhana kami.
saya tahu itu lebih menyakitkan dan tidak seberapa jika dibandingkan luka yang saya tanggung.
bagaimana tidak? 3 hari sebelum hari itu adalah ulang tahun Beliau dan Kaka Bagus masih sempat mengirimkan ucapan selamat ulang tahun beserta doanya untuk Bapak. 
saya pernah merasakan ingin menangis tapi tak bisa dan saya berani sumpah, itu jauh lebih menyakitkan. 

Sangat tiba-tiba, tak ada ucapan selamat tinggal. Walaupun begitu banyak tanda, tak ada yang bisa langsung menyadarinya. Tanda itu bermunculan dalam ingatan kami, setelah ini terjadi. Lalu kami bisa apa? Rasa sakit memang selalu menuntut untuk dirasakan.

Untuk kalian,
Selagi orang-orang yang kalian sayang masih ada. 
Selagi saudara kalian masih sering mengajak bercanda, bertengkar, dan hang out bareng. Enjoy it, cause you never know when you or them will gone. You never know when loss will hug you!
Begitu banyak perubahan setelah hari itu. Begitu banyak cerita yang tidak pernah sanggup saya keluarkan hingga saya sesakit ini. Saya bahkan kehilangan diri saya sendiri, berhenti menulis dan menjadi paranoid.
Tapi saya mencoba menuliskannya sekarang, mungkin bisa mengurangi sakit walau tak seberapa. Saya menuliskan hal ini, bukan untuk meminta kalian bersimpati, tapi saya hanya ingin mengurangi sakit sekaligus menyadarkan orang-orang tentang apa yang sekarang mereka miliki. Kehilangan benar-benar kejam, kamu tidak akan tahu kapan dia merampas kebahagiaan.

Jika kalian berkenan, saya juga ingin meminta doa untuk Kaka Bagus. Lebih banyak doa, lebih baik kan? Walaupun beberapa dari kalian tidak mengenalnya, tapi dengan membaca ini kalian akan mengenalnya. Kalian akan tahu betapa menjengkelkan dan penyayangnya dia. Kalian akan tahu kalau dia itu anaknya seru dan jail. Jika kalian bertemu, mungkin akan menyenangkan menjadi temannya. Entahlah, walaupun sebagai adik, saya tetap menganggap dia kakak yang menjengkelkan dan sungguh, saya sangat merindukannya.

Let's see, how many story, i can write about this. Karena tetap saja, ini masih menyakitkan bahkan di setiap huruf yang saya ketik. 

Pain always demand to feel.. 
Seperti bayangan, terus mengikuti dan seikhlas apapun, ini tetap menyakitkan. 
dan kamu tidak akan pernah siap ketika kehilangan mendekapmu, kamu harus menghadapinya!


NB: terima kasih doanya :)




Saya Kembali! :)

Unknown 7 05.41

Hai..
Saya benar-benar tidak tahu bagaimana membuka postingan ini.
sudah sangat lama dan terkesan kaku bukan?
maafkan saya kalau ternyata kalian cukup kecewa.

Saya tidak tahu, apakah ini waktu yang tepat untuk kembali menulis lagi di blog ini. Wah, sudah sangat lama rupanya. Saya merasa bersalah pada diri saya sendiri karena mengubur begitu lama hasrat untuk menulis. Tapi, semua tentu ada alasannya. Saya kembali menulis di blog ini pun ada alasannya. :)

Readers..
Setahun ini banyak yang terjadi dalam hidup saya. Mungkin tidak penting untuk diceritakan dan dibaca oleh kalian. Akan tetapi, saya perlu menuliskannya. Saya butuh, sangat butuh! Agar saya tidak sakit lagi. Paling tidak, sedikit lebih baik.

Mungkin jika menengok ke postingan-postingan di blog ini. Terakhir kali saya menulis saat kelas 3 SMA and here i am, saya sudah kuliah dan sekarang sudah mulai masuk semester 2.

Setahun..  Ya.. kurang lebih setahun lamanya..

Saya mulai menulis karena saya tidak ingin dilupakan..
Saya tidak ingin hancur bersama tubuh saya..
dan saya ingin, karya-karya saya tetap ada hingga orang-orang mulai bertanya-tanya siapa saya dan bagaimana saya..
Hingga mereka menyayangi saya tanpa perlu mengenal saya..
Hingga mereka memanjatkan doa untuk saya hanya karena mereka merindukan saya..
Sangat klise bukan?
Lalu, kemarin saya bahkan tidak bisa menulis karena terlalu sakit.. 
Dan kini, saya benar-benar ingin kembali menulis..
Agar saya tidak sakit.. :)


Jadi,  bisakah saya mendapatkan ucapan selamat kembali? :)
Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Dear Readers...

Tulisan itu memang terkadang membosankan.. namun bertahanlah sampai klimaks .. Temukan yang tak terduga ;) Jemari rapuh ini, hanya sebagai perantara bagi gadis yang tak bisa berhenti berkicau walau tak ada siapapun di sekitarnya..

Popular Posts

Twitter

Followers