Artikel "Privasi di Medsos Terus yang Dimongin, Kita Sudah Tau!"

Unknown 1 04.57

Privasi di Medsos Terus yang Dimongin, Kita Sudah Tau!

oleh : Sitti Nadia Tri Septiani 


Kira-kira mungkin seperti itu yang kadang di ucapkan kaum remaja ketika orang tua mereka atau bahkan aktivis berbicara tentang pentingnya privasi di media. Tidak sedikit artikel-artikel yang berbau yang sama sering mendapatkan kritik dari pada anak muda ini. 

Walau tidak semua, tapi mereka memang tidak segan-segan mengungkapkan kritik karena para orang tua selalu saja menganggap mereka tidak menjaga privasi mereka selama menggunakan Gadget, Smartphone atau PC/Laptop untuk bersosialiasi di dunia maya.


Beda dengan akun-akun remaja yang jelas-jelas identik dengan keaslian, tak sedikit akun anonym remaja yang betebaran dan melancarkan kritik pedas seperti itu, baik dalam blog mereka atau dalam forum-forum bebas.

Inilah fenomena dimana remaja kadang terlalu dipaksakan untuk mendengarkan nasihat yang sebenarnya mereka sudah tau.  Generasi milenium ini, memang dalam mengekspresikan diri kadang sulit dipahami oleh orang tua pada umumnya. 

Tapi apakah semua remaja mengetahui akan hal ini? Saya rasa tidak. Buktinya, ada banyak berita tentang remaja yang dilecehkan bahkan diperkosa karena mengenal “orang asing” di media sosial. Mereka seolah-olah lebih nyaman berkenalan dengan seseorang “asing” di media sosial dibandingkan keluarga sendiri, akibatnya semua privasi di buka habis-habisan. Syukur-syukur si “asing” itu baik orangnya, tapi kalau hanya bertujuan memanfaatkan media sosial untuk tujuan yang tidak baik, apa jadinya remaja tersebut. 

Di era modern saat ini, segalanya sudah serba instant bahkan cara berkomunikasi pun semakin beragam dan mudah. Media sosial yang dapat dengan mudah di akses dan juga semakin disenangi bahkan mewabah di masyarakat khususnya kaum muda di Indonesia. 

Mungkin yang membaca artikel ini pun,  kemungkinan besar memiliki akun media sosial juga bukan? Perlu diketahui, Menurut socialbaker.com pengguna usia muda Facebook Indonesia berjumlah 11.573.000 berusia 13 hingga 17 tahun dan tercatat pengguna internet di Indonesia per tahun 2012 mencapai 63 Juta (sumber APJII). Ini  menunjukkan perkembangan internet semakin pesat menyatu dengan segala kebutuhan masyarakat. Dari 63 juta tersebut, mayoritas pengguna Internet di Indonesia berada di rentang usia 15-35 tahun. 

Dengan data tersebut secara kenyataan bahwa remaja indonesia banyak memanfaatakan media sosial dan mengaksesnya melalui smartphone. Kita tahu dengan kecanggihan smartphone kapan saja dan dimana saja kita bisa terhubung dengan internet. Dengan begitu, kalau boleh di kata remaja indonesia tidak lagi terlepas dengan penggunaan internet serta keaktifan yang meningkat di akun media sosial mereka sepanjang hari. Apalagi, didukung dengan smartphone, ini dapat menyebabkan kecanduan.

Dalam masa labil, kaum muda cenderung ingin coba-coba, selalu ingin mengetahui sesuatu yang baru dan  ingin praktek layaknya mendapat mainan baru, smartphone yang setiap saat terhubung dengan internet hampir menjadi teman hidupnya kapan saja, dimainkan saat jalan, sambil makan bahkan sering di selipkan di bawah bantal saat tidur. 

Dengan keadan itu, anak dan remaja seolah-olah hanya mengandalkan internet dan smartphone mereka untuk berhubungan dengan orang lain, bahkan yang tidak dikenal sekalipun. Efeknya kadang kita cenderung bercerita pada teman dibandingkan orang tua.

Selain itu hal yang perlu dikhawatirkan bagi para orang tua. Maraknya berita tentang penipuan, bahkan penculikan hanya dengan modus kenalan lewat media sosial lalu saling janjian untuk bertemu tanpa mengetahui asal-usul satu sama lain menyebabkan tindak kejahatan dengan mudah dilaksanakan sang pelaku.

Terlihat dengan jelas, ketika anak memiliki masalah lebih memilih curhat dengan temannya dibandingkan bercerita langsung pada orang tua. Pertanyaannya teman sang anak itu siapa? Apakah teman sekolah atau orang baru yang pertama kali kenal di media sosial?

Biasanya lebih banyak kita berkenalan dengan orang yang sama sekali belum bertemu, apakah ini berbahaya? Kadang tidak berbahaya apabila perkenalan itu dapat didasari rasa kepercayaan. Namun, dewasa ini justru karena tidak kenal, dengan gampang kepercayaan bisa disalahgunakan dan ujung-ujungnya terjadi masalah yang tak diinginkan. 

Meningkatnya penggunaan media sosial hingga merembes ke kegiatan  berkenalan dengan seseorang yang tidak dikenal dengan motif mencari teman baru menjadikan anak sibuk dengan dunianya sendiri hingga orang tua menjadi jauh dari anak dengan kesibukannya masing-masing. Anak lebih senang berbicara dengan orang asing, digoda di dunia maya rasanya biasa, karena tidak ada contact body, tapi dalam kenyataannya berbahaya. Kenapa? karena sekali lagi orang yang lama kita kenal itu dan merasa nyaman tetap saja belum pernah bertemu langsung satu kalipun.Bisa saja akun yang teman kita gunakan tersebut adalah akun palsu yang tidak sesuai dengan informasi asli tentang dirinya.

Banyak kaum putri malah baru mengetahui bahwa teman obrolannya selama ini ternyata jauh beda usianya. Mereka ini kadang memililiki dua tujuan, hanya berkenalan saja, atau sesuatu yang berlebihan.

Lagi-lagi  karena dalam masa puber banyak remaja tidak memperdulikannya, dan hal ini dapat mendatangkan bahaya karena orang yg baru kita kenal dapat saja berbuat jahat sama kita tanpa rasa segan dan takut karena mungkin saja profilnya palsu.

Banyak tips untuk terhindar dari hal-hal seperti itu. Walaupun untuk remaja sendiri mungkin dianggap sudah basi, namun jujur atau tidak, kadang sering diabaikan. Jadi tak ada salahnya saya memberikan beberapa tips saja.

11. Tidak sembarangan menerima sebuah pertemanan dari akun sosial media yang tidak jelas informasi pada profil akun tersebut. 
22.  Perhatikan juga foto yang orang tersebut gunakan dalam profilnya, siapa tahu salah satu akun palsu.
33. Ketika berkenalan atau punya teman baru, kita tidak boleh segampang itu memberikan no hp atau alamat rumah pada seseorang apalagi jika hanya berkenalan melalui media sosial yang rentan penipuan.
44. Anda mungkin merasa nyaman ketika seorang asing mau menjadi pendengar setia, apalagi memiliki hobi yang sama dan  banhkan mau membantu anda kapan saja, ini memang baik, tetapi bukan berarti semua privasi kita, curhatan kita harus beberkan begitu saja.
55. Perlu diingat bahwa masa depan mu adalah tanggung jawabmu, jangan sampai kesalahan yang kamu lakukan karena tidak memperdulikan privasi menjadi catatan buruk “track record” yang dapat ditelusuri kembali oleh pemilik kerja, atau mungkin dosen atau juga mungkin orang lain yang akan menjadi pendampingmu di masa depan.
66. Jadi berpikir dulu sebelum anda klik, atau posting, karena sekali anda posting maka tidak mudah lagi dihapus begitu saja, jaringan informasi cukup cepat menyebarkannya. Alhasil privasi kamu akan terganggu, tersimpan lama dan dapat menjadi batu sandungan buat kamu.
77. Selau terbuka kepada orang tua khususnya ibu atau kakak yang biasa menemani apa yang kita telah lakukan.

Semua ini berujung pada hal privasi, hal yang penting adalah nomor HP yang semakin dianggap lumrah untuk dibagikan ke siapa saja, tanpa sadar kita sangat terbuka pada orang yang baru dikenal itu. Inilah yang disebut privasi kecil yang tetap harus dijaga. Status-status di akun media sosial yang dengan mudahnya kita berbicara tentang lokasi kita berada juga bisa menjadi kesempatan bagi orang-orang yang memiliki niat jahat. Sebaiknya, fasilitas privasi yang disediakan media sosial dimanfaatkan semaksimal mungkin. Melihat di zaman sekarang, orang yang baik sekalipun dapat berubah jahat. Apalagi jika berkenalan lewat media sosial tanpa tahu informasi yang jelas tentang orang tersebut.

Jadi, walau sebagai remaja anda jenuh dengan nasehat atau jenis tulisan seperti ini, tidak ada salahnya anda berpikir ulang dan merenungkannya.
Semoga bermanfaat!

sumber tulisan : http://muda.kompasiana.com/2013/08/18/privasi-di-medsos-terus-yang-diomongin-kita-sudah-tau-584601.html
http://blog.dutainsan.org/high-light/2013/08/privasi-di-medsos-terus-yang-diomongin-kita-sudah-tau/

sumber gambar : http://www.connectyourhome.com/news_and_articles/category/internet-technology

1 komentar

Memang betul. Generasi kita ini memang sedikit susah dimengerti.
Seakan-akan orang asing dari medsos sangat asik untuk menjadi teman bicara dari pada keluarga sendiri.
Bahkan ada yang jika menganggap kedekatan ini terlalu berarti, ia rela memberi hal privacy kecilnya seperti no telp dan masalah pribadi. (Padahal belum pernah bertatap muka kan?).
Padahal, itu adalah awal permulaan ancaman untuk diri sendiri. Apalagi, kalau diri sendiri memang tipe orang yang lengah (Baper istilah gaulnya)

Posting Komentar

Coretkanlah Opinimu :)

Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Dear Readers...

Tulisan itu memang terkadang membosankan.. namun bertahanlah sampai klimaks .. Temukan yang tak terduga ;) Jemari rapuh ini, hanya sebagai perantara bagi gadis yang tak bisa berhenti berkicau walau tak ada siapapun di sekitarnya..

Popular Posts

Twitter

Followers