Cerpen Terpaksa dilucu-lucukan hahaha :D
Nah, sebenarnya saya juga bingung..
Hubungan Agama dengan buat cerpen itu apa ???
ditambah lagi, persyaratan cerpennya adalah.. "CERPEN INI HARUS LUCU"
dengan waktu kepepet seperti ini, terpaksa..
saya menggunakan imajinasi tidak karuan saya..
cerpen LUCU yang tidak LUCU..
Percaya ?
Karya : Sitti Nadia Tri Septiani
Minggu ini akan
menjadi hari-hari terberat bagi Nana, gadis rupawan yang cerewet ini sangat
membenci yang namanya belajar, belajar dan belajar. Tapi, apa boleh buat minggu
ini telah dijadwalkan kalau ia akan menghadapi berbagai macam ulangan pada
masing-masing pelajaran 6 hari berturut-turut. Memikirkannya saja, Nana sudah
ingin muntah karena mual. Terlebih lagi, setiap pulang sekolah ia harus
bergegas menerima pelajaran tambahan di salah satu lembaga kursus yang telah
disiapkan orangtuanya. Itu merupakan mimpi buruk yang berkepanjangan bagi Nana.
Suasana
sejuk di ruang kelas tempat kursus Nana yang ber-AC berhasil menyegarkan
kembali tubuhnya yang keringatan tapi tidak dengan otaknya. Hari ini ia baru
saja melewati ulangan matematika dan itu sangat sukses membuat Nana terinfeksi
virus mematikan yang siap memutilasi otaknya. Hal itu semakin menjadi-jadi
ketika Nana ingat kalau besok ada ulangan fisika dan kimia. Bagi Nana, kedua
matapelajaran itu tak kalah kronisnya. Hal tersebut, seketika dapat membuatnya
kehilangan pasokan H2O.
“Ahhh…
ingin menghilang sejenak dari aktivitas sekolah! Stres harus memikirkan ulangan
seminggu ini! ” gerutu Nana pada diri sendiri.
“Santai
aja lagi!” komentar Rere.
“Santai
? Bagaimana bisa ? Nilai ulanganku nanti hancur semua!”balas Nana
“Kita
harus percaya kalau kita bisa, kalau kita percaya akan dapat nilai memuaskan.
Maka, pasti kita juga bakal dapat nilai yang kita harapkan. Kuncinya percaya
aja, Na!” Tutur Rere dengan sangat bijak.
Nana pun mulai
mengangguk-anggukan kepala, meresapi ceramah singkat Rere barusan. Dia tidak
menyangka Rere teman kursusnya berubah menjadi sosok ustadzah yang bisa memberi
motivasi. Walaupun beda sekolah, tapi Rere dan Nana sudah menjadi teman baik.
“Wah, berarti
ulanganmu lulus terus dong, Re ?”
Rere menampilkan
cengirannya yang memesona sambil menatap lekat mata Nana.
“Itulah masalahnya
Na! Sayangnya..” jawab Rere setengah menggantung.
Belum selesai Rere
menyelesaikan jawabannya Nana langsung menimpali.
“Aku tahu kok, gak
usah merendah gitu. Nanti, ajarin aku ya!”
“Tapi Na, hehehe
sayangnya aku juga tidak pernah percaya kalau bisa lulus. Jadi, gak tahu deh
bagaimana hasilnya nanti! Hehehee ” Jawab Rere santai sambil melemparkan senyum
jahil kepada Nana.
“Ternyata, sama
saja!” tutur Nana dengan pasrah.
Rere pun cekikikan,
ia merasa aktingnya tadi benar-benar patut diperhitungkan karena berhasil
membuat Nana begitu percaya. Tapi,
paling tidak Nana bisa memetik sesuatu dari akting konyol si Rere.
Kepercayaan harus dibangun bukan sekedar dikatakan atau
malah ditunggu kehadirannya. Kalau aku berusaha maka rasa percaya diri bahwa
aku memang bisa akan benar-benar mantap dan dapat terwujud, kamu pasti bisa!
Berusahalah Na! Sambil tersenyum Nana memotivasi dirinya
sendiri.
“Ih, Na? kok
senyum-senyum sendiri sih? Wah, ceramahku tadi manjur ya?” selidik Rere
penasaran.
“Lihat saja Re, kata REMEDI akan menjauh dariku! Kamu
juga harus berusaha! ” ucap Nana dengan mantap.
Dan seketika seisi
kelas pun terheran-heran melihat Nana berdiri dari kursinya sambil mengepal dan
mengangkat tangannya diudara. Nana mulai berkoar-koar tak jelas. Rere pun
kembali cekikikan melihat tingkah heroik Nana, mungkin ini efek stress berkepanjangan yang disebabkan oleh ulangan
MIPA! Hahaha bisiknya dalam hati.
kebetulan cerpen ini saya sudah publish di akun pribadi kompasiana saya http://fiksi.kompasiana.com/cerpen/2013/10/02/percaya--597041.html
silahkan mampir yaa :D
2 komentar
proses pembelajaran, semangat yah
semangat :D
Posting Komentar
Coretkanlah Opinimu :)